Jumat, 15 Juli 1988

Daftar Riwayat Hidup

Nama :  Abdurahman Wahid
Lahir :  Subang,  15  Juli 1988
Agama : Islam

Pendidikan :
-SD, Sumursari (2000)
-MTSN, Pusakanagara (2003)
-MAN, Tambakberas Jombang (2006)
-Podok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin Tambak beras Jombang (2006)

Karir :
-Karyawan Bakeri Roti Jakarta (2007)
-Karyawan Cahaya Timur Komputer Subang (2007)
-Karyawan PJTKI (2008-2010)
-Pemilik Tunggal Warung Games (2009-Sekarang)
-Pemilik Tunggal Warung Serba Ada (Toko) (2010-Sekarang)
-Pemilik Tunggal Warnet Bintang Lima Harga Kaki Lima (2011-Sekarang)


Alamat Rumah:
Jalan Sumursari, Sumursari, Pusakajaya, Subang 41255 Hp : 087 828 5 888 5 8.

Alamat Kantor :
Jalan Sumursari, Sumursari, Pusakajaya, Subang 41255 Hp : 087 828 5 888 5 8.

Website : http://gusdurinspiration.blogspot.com

Biografi Penulis

SAYA adalah anak ke-2 dari 9 bersaudara. Saya dilahirkan dikota Subang pada malam jum'at jam 00.30 tepatnya tanggal 15 Juli 1988 didesa Sumursari - Kebondanas - Pusakajaya - Subang. Saya diberi nama Abdurahman Wahid oleh ke-2 Orangtua saya yang bernama Jahari SK dan ibu saya yang bernama Suni'ah. Alasan Orangtua saya memberi nama tersebut adalah karena sosok KH. Abdurahman Addakhil Alias Abdurahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur adalah profil yang sangat bijak dan dikagumi oleh ummat muslim didunia, khususnya Ayah saya sendiri. Sehingga saya diberi nama tersebut agar saya bisa seperti beliau yang di idolakannya. Namun sayang, sebelum saya Lahir ke dunia, kakak saya yang bernama Imam Nawawi_wafat di usia dini (kurang lebih dalam Usia 2 tahunan) karna penyakit panas yang dideritanya. Namun saya masih tetap tegar dan bahagia_karena Saya juga masih mempunyai lima adik lagi_diantaranya Nurapipah (17 tahun), Anang Ma’ruf Adityia Wiratama (15 tahun), Yeni Wulandari (9 tahun), Mira Agustien (6 tahun), dan Ummie Lutfiah (3 tahun). Keluarga saya itu termasuk keluarga besar. Karena dari jumlah keluarganya-pun sudah jelas-jelas kelihatan banyaknya.

Orangtua saya bilang, bahwa sosok Imam Nawawi (Alm) itu adalah sosok anak yang lucu, imoet, tampan, baik, menggemaskan dan menyenangkan. Tidak seperti saya yang Arogan, Cerewet, Suka nagis, membangkang, keras kepala, dan menjengkelkan dikala kecilnya. Bahkan sampai beranjak dewasa-pun kebiasaan buruk saya masih menempel dalam sifat saya, Yaitu melawan Orangtua saya, Tuturnya.

Argumentasi saya itu sebenarnya bukanlah melawan Orangtua, melainkan saya hanya mau berbagi memberi pandangan dengan memberi Argumentasi-argumentasi kepada ke-2 Oangtua saya agar beliau tidak mengambil jalannya sendiri yang beliau senangi. Karena menurut saya, didalam sebuah keluarga itu sangat penting sekali untuk berdiskusi atau meeteng (Rapat) bersama keluarga untuk menciptakan keluarga yang harmonis, bahagia, dan sejahtera. Menurut saya, kalau anaknya yang keras kepala, pasti Orangtualah yang mampu mengingatkannya. Tapi kalau Orangtuanya yang keras kepala, belum tentu anak mau atau berani mengingatkannya. Karena mayoritas Orangtua itu menolak argumentasi anak-anaknya. Bahkan anak-pun tak lepas dari cap pembangkang jika anaknya berargumentasi untuk mengingatkan atau memberi gambaran pada Orangtuanya yang keras kepala agar beliau sadar dengan apa yang dilakukannya. Berawal dari itulah saya sering di cap sebagai anak yang suka melawan orangtua. Tapi saya yakin, bahwa orangtua itu pasti memaafkan dan meminta maaf kepada Allah untuk saya. Sebenarnya saya itu merasa sangat berdosa sekali atas tindakan saya yang terus-terusan melawan orangtua. Saya juga merasa malu. Apapun alasan seorang anak_ sekalipun alas an itu sangatlah tepat, tetap saja seorang anak dilarang melawan orangtuanya_yang dengan susah payah mengurusi saya dari pertama mengandung sampai saya dewasa sekarang ini. Saya juga terus berusaha_berdo’a semaksimal mungkin untuk bisa merubah sifat saya dan juga orangtua saya yang kadang sering memancing_membuat saya marah karena omongannya yang kurang berkenan dihati saya.

Gus Dur Remaja

Semenjak lulus study di MAN dan mesantren di Bumi Damai Al Muhibbin tambakberas jombang, tepatnya pada tahun 2005-2006, saya study lagi di Universitas Negri Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta. Waktu itu saya diberi kebebasan oleh ayah saya untuk memilih dalam mengambil mata study yang tertera di setiap fakultas. Dan saya-pun mengambil study fakultas Tafsir Hadist. Namun setelah saya lolos seleksi dengan cara lulus mengikuti Tes SPMB, Ayah saya kurang setuju dengan mata kuliah yang saya ambil itu. Dengan dalih bahwa, menurut berita yang beliau baca di Koran Saudi Arabia, mayoritas mahasiswa yang kuliyah di UIN_yang ada di Indonesia itu murtad dari keyakinan agamanya. Mahasiswa berani mengatakan bahwa Tuhan itu Ayam. Kata Allahu Akbar-pun di ucapkan dengan lafadz Anjinghu Akbar. Tapi waktu itu saya masih bias mengayomi argumentasi ayah saya. Dan saya-pun masih tetap melanjutkan study-nya. Namun setelah beberapa bulan saya menetap di UIN Su-Ka. Saya terpaksa untuk berhenti study. Dikarenakan keadaan Ekonomy keluara saya mengalami krisis. Walaupun keadaan ekonomi keluarga saya krisis, tapi jiwa ayah saya untuk melanjutkan study saya tetap kokoh. Bahkan saya gak usah memikirkan tentang masalah ekonomi. Toh rizki itu sudah ada jatahnya masing-masing dari Tuhan_pasti akan dating setiap harinya kepada kita semua, tuturnya. Bagi beliau, masalah ekonomi bukanlah alasan yang tepat untuk berhenti kuliyah. Karena banyak dari kalangan orang kaya, bahkan konglomerat sekalipun_yang anak-anaknya tidak kuliyah. Apakah karna golongan orang kaya_konglomerat itu tidak punya uang sehingga anak-anaknya tidak kuliyah ? jawabannya tikak !! itu semua bukan karena uang semata. Tapi karena factor keinginannyalah yang tidak ada !!.

Hari berlanjut ke hari yang lainnya. Fikiran saya semakin kacau ketika isi dompet menipis, dan isi ATM-pun hampir habis. Akhirnya dengan hati terpaksa saya memutuskan untuk pulang kerumah di kota subang sumursari. Sesampainya dirumah, orangtua saya-pun menelpon dan memakluminya_meminta maaf karena tidak bisa membahagiakan anaknya untuk melanjutkan study kuliyahnya. Orangtua saya hanya bisa menelpon, karena waktu itu orangtua saya masih bekerja di Saudi Arabia. Namun bekerja diluar negri tidak menjanjikan kesuksesan bagi siapapun_nasib berkata lain_orangtua saya kabur dari majikan dikarenakan rasa kesal ayah saya terhadap majikannya yang agak songong. Semenjak kejadian itulah ekonomi orangtua saya tidak stabil. Bahkan sering mengalami minus hingga saya bertekad untuk memutuskan berhenti kuliyah selamanya.

Tahun 2007 saya resmi menyandang gelar PENGACARA (Pengangguran Banyak Acara)_mungkin itulah istilah gaulnya sebutan untuk kita-kita yang pengangguran. Saya merasa jenuh dengan keadaan saya yang sehari-harinya hanya mengandalkan jattah uang dari orangtua saya. Bagi saya_rasanya kurang puas kalau keuangan sehari-hari saya dibatasi. Akhirnya saya sebisa mungkin bergaul dengan orang-orang yang memiliki usaha. Bagi saya, mencari teman sebanyak mungkin itu sangatlah penting. Terus terang, saya itu tidak munafik dengan pergaulan. Entah itu pengusaha, pembisnis, pedagang kecil, orang baik, bahkan sekalipun orang jahat semacam garong (Pencuri) kelas kakap-pun tetap saya temanin. Menurut saya, bergaul itu tidak perlu memandang siapa dan bagaimana dia_yang penting kita punya batas dalam menyikapi dalam bergaul. Bersambung... (Aw).